Kultur Jaringan Bonggol Pisang Ambon Secara In Vitro Dengan Menggunakan Medium Murashige Dan Skoog Dengan Penambahan Hormon Benzylaminopurin Dan Kinetin

Berikut ini adalah sebuah karya tulis ilmiah yang bisa dijadikan sebagai penelitian lanjutan dalam hal 
Kultur Jaringan Bonggol Pisang Ambon Secara In Vitro Dengan Menggunakan Medium Murashige Dan Skoog Dengan Penambahan Hormon Benzylaminopurin Dan Kinetin. jujur saja yah, admin generasi XYZ sangat mengagumi mata kuliah dari kultur jaringan ini. untuk tak ketinggalan admin akan memberikan abstrak dari kultur jaringan ini. cekidot.

KULTUR JARINGAN BONGGOL PISANG AMBON SECARA IN VITRO DENGAN MENGGUNAKAN MEDIUM MURASHIGE DAN SKOOG DENGAN PENAMBAHAN HORMON BENZYLAMINOPURIN DAN KINETIN

TUJUAN:

          mengetahui respon pertumbuhan eksplan bonggol pisang ambon ( Musa paradisiaca L. cv. Ambon ) pada medium murashige dan skoog bila konsentrasi BAP dan Kinetin hanya satu kombinasi.

METODE:

Eksplan dicuci dan disikat sampai bersih dan bagian luar yang kering dan kotor dibuang. Setelah itu direndam dalam air sabun selama 15 menit dan setelah lima belas menit kemudian air sabun dibuang lalu dibilas dengan air mengalir selama 15 menit. Kemudian diambil dan ditiriskan. Kemudian selanjutnya eksplan yang berupa tunas dari bonggol pisang dilakukan sterilisasi dengan cara pembakaran sebanyak tiga kali. Setelah itu eksplan di bawa ke dalam laminar air flow, lalu diletakkan dalam cawan petri, lalu dikupas lagi dengan menggunakan scalpel hingga diameter bagian dasarnya berukuran 1 - 1,5 cm. Eksplan dipegang dengan menggunakan pinset dan ditanam dalam botol kultur. Satu botol kultur berisi 1 eksplan. Untuk tiap perlakuan menggunakan 5 ulangan. Botol kultur dipelihara dalam ruang kultur, dan diberi penyinaran dengan lampu TL 40 watt secara kontinyu selama 8 jam sehari, pada suhu 26 °C. Penggantian medium dilakukan apabila terjadi pencoklatan pada medium. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 2, 4, 6, dan 8 setelah tanam. Pengamatan dilakukan secara kualitatif, yaitu ada tidaknya kalus pada eksplan, tumbuh tidaknya tunas, banyaknya tunas yang tumbuh, dan panjang tunas yang terbentuk.

HASIL:

Pada medium MS yang ditambahkan BAP 9 ppm dan Kinetin 1 ppm memperlihatkan hasil yang bagus, yaitu respon pertumbuhan yang dimulai dengan terbentuknya kalus pada bagian bekas irisan luka di minggu ke dua setelah penanaman eksplan. Hal ini terjadi hampir pada seluruh eksplan yang ditanam. Adapun warna kalus yang terbentuk adalah putih kekuningan dan sifat kalus yang terjadi adalah remah. George dan Sherrington ( 1984 ) menyebutkan bahwa keseimbangan dan interaksi antara auksin dan sitokinin, juga bisa menyebabkan pembentukkan kalus. Demikian juga dengan keseimbangan dan interaksi antara antara zat pengatur tumbuh endogen dan eksogen . Di duga penambahan BAP dan Kinetin mempengaruhi terbentuknya kalus pada eksplan.
Dari pengamatan minggu kedua sampai dengan minggu ke delapan, eksplan baru menunjukkan proses pembentukan, multiplikasi, dan pemanjangan tunas, namun eksplan belum membentuk akar. Hal ini disebabkan dalam media kultur hanya terdapat zat pengatur tumbuh BAP dan kinetin dimana keduanya merupakan zat pengatur tumbuh dari golongan sitokinin yang merangsang pembelahan sel, pembentukan serta perbanyakan tunas aksilar, akan tetapi menghambat proses pembentukan dan pemanjangan akar. Diduga kandungan auksin endogen yang terdapat di dalam eksplan belum cukup untuk merangsang terjadinya pembentukkan akar.

KESIMPULAN

Eksplan tunas pisang ( Musa paradisiaca L. cv. Ambon ) yang ditanam pada media MS + BAP 9 ppm dan Kinetin 1 ppm menunjukkan respon pembentukan tunas dan multiplikasi tunas. Jumlah rerata tunas yang terbentuk adalah 3 tunas dengan rerata panjang tunas 3,13 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Widayati, E., 1992, Laporan Latihan Kultur Jaringan Pisang di Los Banos dan Davao,      Philipina, Sub Balai Penelitian Holtikultura, Malang, 6.

Suyanti dan A. Supriyadi, 2008, Pisang, Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar, Edisi             revisi, Penebar Swadaya, Jakarta, 37, 53 – 56.

Surono, A. dan A. Himawan, 2009, Perbanyakan Tiga Kultivar Pisang (Musa paradisiaca L.)       Menggunakan Medium Murashige dan Skoog (MS) Instan dan Variasi Hormon  Benzylaminopuryn ( BAP ), dalam Prosiding Bioteknologi Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres Perhimpunan Biologi Indonesia XIV, UIN Maulana Malik Ibrahim,  Malang, 44 - 49.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Kultur Jaringan Bonggol Pisang Ambon Secara In Vitro Dengan Menggunakan Medium Murashige Dan Skoog Dengan Penambahan Hormon Benzylaminopurin Dan Kinetin"

Posting Komentar